Sabtu, 22 Maret 2014

Blunyo Sarimulyorejo ujung pangkah Mulai Berkembang lagi

By on 11.22
NAMANYA tidak setenar nasi krawu, kolak ayam Gumeno, maupun ketupat kethek. Namun, rasa dan tradisinya tidak dapat bisa dianggap angin lalu. Itulah blunyo, makanan khas Sarimulyorejo yang terbuat dari tripang.                                
           
Langit malam begitu cerah dengan temaran sinar rembulan. Angin pun ikut menyemilirkan suasana, membuat kulit terasa sedikit kering. Sesekali, bunyi-bunyian jangkrik maupun binatang malam lainnya terdengar jelas mengiringi malam menjelang dini.

Di saat bersamaan, tepatnya di pertigaan dusun yang lebih dikenal dengan ”Kampung Seng” itu, dibeber tikar hingga radius 200 meter. Lampu jenis neon dinyalakan untuk menerangi sekitar lokasi.

Di jalan penghubung kampung sisi Timur-Barat dengan Selatan-Utara itu didirikan meja, lengkap dengan mikrofon. Rupa-rupanya, para warga tengah bersiap mengadakan pesta tasyakuran menyambut musim petik laut atau kegiatan menjelang musim melaut.

Satu persatu pria berbagai umur keluar rumah untuk ikut pesta tasyakuran. Dengan mengenakan sarung dipadu baju koko dan kopiah hitam maupun putih, mereka mulai mencari tempat untuk menyantap blunyo yang dimasak ala urap.

"Dekat panggung saja, biar dapat blunyonya banyak," ucap Ari Rahman (22) sambil menyilangkan kaki.

Dalam sekejap semua tikar terpenuhi. Acara segera dibuka dengan doa yang dipimpin salah seorang tokoh masyarakat.

Saat doa penutup dibacakan, dari arah Timur tiba-tiba bermunculan banyak wanita berjilbab dengan kebaya berjejar memanjang. Sambil menyunggi (mengangkat di atas kepala-red) temayang (tempat yang terbuat dari bambu-red), mereka berjalan beriringan menerobos tempat duduk sela di antara para pria.

Sambil diiring bacaan Shalawat Nabi (pujian ke Nabi Muhammad-red), mereka terus berjalan hingga mencapai ujung Barat. Kemudian, mereka berhenti dan membalikkan badan, menghadap para pria untuk menurunkan temayang.

Ternyata temayang tersebut berisi blunyo. Blunyo adalah makanan sejenis urap-urap yang berbahan dasar tripang dicampur dengan ikan teri, udang, dan nasi.

Nur Ghoyyib, ketua panitia tasyakuran petik laut mengatakan, blunyo adalah warisan nenek moyang Kampung Seng yang dijadikan menu andalan kegiatan petik laut.

Saat ini, blunyo mulai diminati sehingga . Menurut pengakuan Kepala Desa Pangkah Wetan, Syaifullah Mahdi, warganya mulai bangkit membuat blunyo.

"Mungkin penyebabnya kurang terkenalnya makanan ini warga luar ujung pangkah belum mencobanya, jadi para warga khususnya anak-anak lebih menyukai makanan instan, seperti jenis ayam goreng produk luar negeri," katanya seraya meminta kepada Pemkab Gresik untuk lebih memperhatikan tradisi makan blunyo kala tasyakuran petik laut.

Para warga mengakui, keberadaan blunyo menjadi merupakan peneguh para nelayan Dusun Sarimulyorejo, Desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujungpangkah.

Kaya protein

Blunyo adalah makanan sejenis urap-urap yang berbahan dasar tripang, salah satu jenis tumbuhan laut, dicampur dengan ikan teri, udang, dan nasi.

"Rasanya lezat. Kalau digigit agak kenyal. Semakin enak kalau dicampur urap-urap," jelas Ari. 

Zubaidah (22), warga Kampung Seng menambahkan, urap-urap tripang sangat disukai warga karena mengandung banyak protein. Bahkan, juga mampu meningkatkan stamina para nelayan.

"Blunyo disukai karena mengandung banyak protein," akunya.

Resep pembuatan

Bahan dasar blunyo adalah tripang yang banyak terdapat di kawasan pantai, terutama saat air laut menyusut. Saat itulah banyak warga mencarinya, baik untuk konsumsi sendiri maupun dijual sebagai penghasilan tambahan. Satu kilogram dihargai Rp2.000.

Sebelum diolah, tripang terlebih dahulu dibersihkan hingga benar-benar bersih. Kemudian, potong-potong kecil.


Tripang tidak perlu dimasak, namun cukup dikucurkan dengan air mendidih. Cara ini tentu berbeda dengan menu hewan laut kebanyakan.

Lalu, potongan tripang diaduk bersama serundeng yang dibuat dari parutan kelapa yang diberi bumbu sambal pedas.
Hasilnya seperti ini










"Agar terasa lebih nikmat, bisa menambahkan kacang panjang, kecambah, dan makanan laut lain, di antaranya udang, ikan asin, maupun sambal yang pedas

0 komentar:

Posting Komentar